mari belajar bersama jadi jika ada kesalahan dalam blog ini tolong dikoreksi yahh...jangan diejek lho....^_^

Minggu, 31 Januari 2010

Pembelajaran Kontekstual

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran yan berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antaara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu ingatan siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan kehidupan baru lewat faktor-faktor yang mereka alami dalam kehidupannya.

CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga siswa dapat mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran ini siswa memahami hakekat makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan alamiah.

2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna pada siswa (learning by dring).

4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam.

6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Secara lebih sederhana dideskripsikan oleh Muslich, karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan 10 kata kunci, yaitu:

1. Kerjasama

2. Saling menunjang

3. Menyenangkan, tidak membosankan

4. Belajar dengan gairah

5. Pembelajaran terintegrasi

6. Menggunakan berbagai sumber

7. Siswa aktif

8. Sharing dengan teman

9. Siswa kritis, dan

10. Guru kreatif

Komponen pembelajaran Kontekstual

Terdapat tujuh komponen dalam CTL, yang terdiri dari:

a. Kontruktivisme

Adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

Pembelajaran melalui CTL, pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Mengapa demikian? Karena pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Asumsi inilah yang mendasari diterapkan asas konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.

b. Inquiry

Artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Secara umum proses inkuiry dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

- Merumuskan masalah

- Mangajukan hipotesis

- Mengumpulkan data

- Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan

- Membuat kesimpulan

c. Bertanya (questioning)

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

- Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran.

- Membangkitkan motivasi untuk belajar

- Meransang keingintahuan siswa terhadap sesuatu

- Menfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, dan

- Membimbing siswa untuk menemukan atau mengumpulkan sesuatu.

d. Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (kelompok belajar, sharing).

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan dan juga mendatangkan dan mengundang orang-orang yang dianggap memilki keahlian khusus untuk membelajarkan siswa.

Setiap orang bias sering terlibat, bias saling membelajarkan, bertukar informasi, dan bertukan pengalaman.

e. Pemodelan (modeling)

Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.

Proses modeling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.

f. Refleksi (reflection)

Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap akhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.

g. Penilaian Nyata (authentic assessment)

Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan hasil belajar.

Karakteristik authentic assessment adalah:

- Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

- Bias digunakan untuk formatif maupun sumatif

- Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta

- Berkesinambungan

- Terintegrasi, dan

- Dapat digunakan sebagai feed back.

Dengak demikian pembelajaran yang benar memang seharunya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn)

Sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.

Strategi Pembelajaran Kontekstual

Berdasarkan pemahaman, karakteristik, dan komponen pendekatan kontekstual, beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain:

a. Pembelajaran Berbasis Masalah

Sebelum melalui proses belajar mengajar didalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.

Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.

b. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar

Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa, antara lain: di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan diberikan oleh guru, memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas.

Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman lansung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penugasan standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran.

c. Memberikan aktivitas kelompok

Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima, maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

d. Membuat aktivitas belajar mandiri

Peserta didik mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Agar dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka mamproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji coba terlebih dahulu, menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri

e. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat

Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung, dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerjasama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja.

f. Menerapkan penilaian autentik

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.

Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses pembelajaran.

Adapun bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Bentuk penilaian seperti ini lebih baik daripada menghafalkan teks, siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

untuk komentar berupa materi tambahan, tuliskan nama/almt email anda